ASAL MULA NAMA CIREBON
Babad tanah Cirebon diawali oleh suatu praja di Pajajaran Ratu Agung di Tanah Sunda yang bernama Sri Sang Ratu Dewata Wisesa, terkenal dengan sebutan Sri Maha Prabu Siliwangi. Beristri tiga orang yaitu Ambetkasih, Aci Bedaya dan permaisuri Ratu Subanglarang. Sang prabu berputra empat puluh orang. Salah seorang putra Sang Prabu adalah Walangsungsang. Suatu malam dia bermimpi bertemu seorang lelaki yang elok dan agung memberi wejangan agama Islam syari’at Kanjeng Nabi Muhammad yang menjadi utusan yang Widi. Ketika mimpinya diceritakan kepada Sang Prabu dan mengatakan bahwa dirinya lebih suka syari’at kanjeng Nabi Muhammaddan sesungguhnya Illahi yang wajib disembah itu melainkan Allah yang tiada sekutu sesama yang baharu (makhluk). Sang Prabu murka, karena sang putra tidak patuh, bertentangan dengan agamanya. Sang putra dimarahi dan diusir dari kerajaan Pajajaran. Walangsungsang akhirnya keluar dari istana, terus berjalan masuk hutan keluar hutan naik gunung turun gunung menuju ke arah timur. Sementara itu sang adik Ratu Mas Rarasantang sangat bersedih ketika mengetahui kakaknya pergi meninggalkan istana. Diapun pada suatu malam bermimpi bertemu seorang yang berupa satria berbau harum memberi pelajaran agama Islam, menyuruh berguru syari’at Kanjeng Nabi Muhammad dan diramal kelak mempunyai seorang suami Ratu Islam dan akan mempunyai anak lelaki yang punjul. Rarasantang segera terbangun, ingat pada mimpinya lalu keluardari keraton menyusul kakaknya Walangsungsang.
Diceritakan Pangeran Walangsungsang telah datang di kaki gunung Maraapi (di Rajadesa, Ciamis Timur) sedang tafakur, tak lama kemudian datang Sanghyang Danuwarsih menanyakan asal usul dan tujuan. Oleh Sanghyang Danuwarsih ia dibawa ke puncak gunung dan kemudian dikawinkan dengan putrinya Indangayu pada tahun 1442 M. Sementara itu sang adik Ratu Mas Rarasantang yang sedang dalam perjalanan mencari kakaknya berada di gunung Tangkubanprahu sedang beristirahat dibawah pohon beringin. Tak lama kemudian datang Nyi Indang Sukati yang merasa kasihan setelah Rarasantang menceritakan kisahnya dan diberinya baju Sang Dewa Mulya yang kalau di pakai berwatak dapat berjalan seperti angin dan tidak panas dalam api dan tidak basah dalam air, rahayu dari bahaya. Dan rarasantang diberinya petunjuk untuk menemui Ajar Sakti di gunung Liwung. Dengan memakai baju Sang Dewa Mulya Rarasantang dapat segera datang di hadapan Ki Ajar Sakti dan mohon petunjuk dimana kakaknya berada. Ki Ajar Sakti memberitahukan bahwa Walangsungsang telah punya istri bernama Indangayu putri sang Danuwarsih yang berada di gunung Maraapi dan memberi nama Ratnaeling yang akan mempunyai seorang putra yang punjul sebuana.
Syahdan Pangeran Walangsungsang sedang berkumpul dengan istri dan Sang Danuwarsih yang kemudian memberinya cincin pusaka turunan dari Dipati Suryalaga turunan Pajajaran. Adapun watak dari cincin Ampal kalau diterangkan tahu isinya jagat bumi tujuh, langit tujuh bisa terlihat, dan dapat memuat laut dan gunung. Ketika sedang berkumpul tak lama kemudian datanglah Sang Dewi Rarasantang. Pertemuan dengan sang adik menimbilkan keharuan dan kebahagian diantara mereka.
Setelah sekian lama berada di gunung Maraapi, Sanghyang Danuwarsih memerintahkan mereka bertiga untuk berguru kepada Sanghyang Namggo di gunung Ciangkup. Sang istri dan Sang adik dimasukan ke dalam cincin Ampal. Setelah pamit terus berjalan menuju gunung Ciangkup. Tapi bukannya ajaran agama Islam yang dia dapatkan tetapi ilmu kedewaan dan menghilang, kekuatan, kekebalan dan pusaka golokcabang yang bisa bicara bahasa manusia dan bisa terbang, keluar api tiap yang terkena olehnya niscaya akan lebur, Dewa tidak akan tahan, gunung ambruk dan laut kering. Sanghyang Nanggo memerintahkan Walangsungsang untuk berguru kepada Sanghyang Naga di gunung Kumbang, berangkatlah Walangsungsang ke gunung Kumbang dan didapatkannya ilmu kesaktian Ajidipa yang dapat mengetahui omongan segala binatang, keperwiraan, menghilang dan aji Titimurti ( membesarkan tubuh hingga segunung anakan ). Dan diberinya pula pusaka tiga warna kepunyaan Juwata berupa Peci Waring, kalau dipakai tidak terlihat oleh semua penglihatan, Badong Batok berwatak dituruti oleh siluman, jin, setan padasuka asih, Umbul-Umbul Waring, berwatak rahayu dari senjata musuh dan melemahkannya. Kemudian diperintahkannya ke gunung Cangak untuk menemui Ratu Bangau. Diceritakan di gunung Cangak terdapat pohon beringin yang banyak dihinggapi oleh burung bangau. Walangsungsang terheran-heran melihat begitu banyaknya burung bangau dan bingung mencari mana yang menjadi Ratunya. Kemudian ia memakai Peci Waring dan mengeluarkan kesaktian sebuah wadah yang berisikan ikan deleg, kena pengaruh ajian penurutan Sang Nata Ratu Bangau segera turun dan mematuk ikan deleg yang menjadi umpan, segera dengan cepat Walangsungsang menangkap leher Sang Ratu Bangau sambil diancam menggunakan golokcabang. Sang Ratu Bangau minta ampun dan berjanji akan memberikan pusaka warna tiga berupa, piring panjang, pendil dan bareng/bende. Lalu Sang Ratu Bangau dilepaskan dan terbang sambil berkata menyuruh menyusulnya ke pohon beringin yang ada dipuncak gunung Cangak. Pohon beringin yang ada di puncak gunung Cangak berubah menjadi sebuah kraton yang indah sekali. Walangsungsang sangat heran melihat ada kraton, tidak lama muncul 40 orang anak-anak bule yang meenghidankan jamuan dan menyilahkan duduk di permadani emas. Sanghyang Bangau menemui Walangsungsang untuk menepati janji memberi pusaka warna tiga berupa Piringpanjang yang berwatak tidak pernah kurang pangan, sandang dan papan. Pendil yang berwatak kalau dikeruk nasinya bisa untuk memberi makan dua atau tiga negara. Bareng/Bende wataknya keluar air banjir, suaranya membingungkan musuh. Sanghyang Bangau kemudian memerintahkan Walangsungsang untuk datang ke Gunung Jati untuk menemui Syekh Nurjati asal dari Mekah yang mempunyai Agama Islam syariat Kanjeng Nabi Muhammad.
Walangsungsang segera pergi menuju Gunung Jati dan bertemu dengan Syekh Nurjati. Sang Istri dan Adik segera dikeluarkan dari cincin Ampal dan disuruh segera sujud menghaturkan hormat. Kemudian Walangsung menceritakan tujuan kedatangannya yaitu untuk berguru agama Islam Syari’at Kanjeng Nabi Muhammad bersama sang istri dan adiknya. Syekh Nurjati segera memberikan wejangan dan meyuruh mengucapkan dua kalimat syahadat. Selama berada di Gunung Jati ketiganya banyak menerima ajaran agama Islam berupa salawat dan dzikir, zakat fitrah, naik haji, puasa bulan ramadhan, salat lima waktu dan Al-Qur’an, kitab fikih dan tasawuf. Semua ajaran tersebut dipatuhi dengan zuhud. Dan Walangsungsang pun mendapat nama baru yaitu “Somadullah”.
Syekh Nurjati memberi ijin kepada Somadullah untuk membangun sebuah dukuh/pemukiman pada hari ahad tanggal 1 bulan Sura pada tahun babad jaman/sasakala 1367/1445 M. Somadullah bersama istri dan adiknya segera melakukan perjalanan ke arah selatan menyusuri pinggir pantai kemudian belok kearah barat menuju Lemahwungkuk dan menemukan sebuah rumah milik kakek tua bernama Ki Gedeng Alang-Alang. Somadullah kemudian meminta ijin untuk mondok sementara dan menceritakan bahwa ia disuruh gurunya untuk membangun sebuah dukuh. Ki Gedeng Alang-Alang memberi ijin bahkan mengangkat dia sebagai anak dan memberinya nama Cakrabumi.
Setelah datang waktu yang ditentukan yaitu tanggal 1 bulan Suro pada hari ahad Somadullah/Cakrabumi memasuki hutan belukar menebangi pohon besar dan kecil sehingga menjadi daerah yang lapang yang kemudian ditanami palawija. Selain berkebun Cakrabumi disuruh Ki Gedeng Alang-Alang untuk menangkap ikan dan rebon mengunakan waring/jala dan sudu(alat penangkap ikan) serta jukung/perahu kecil. Cakrabumi mematuhi perintah Ki Gedeng Alang-Alang, tiap malam dengan memakai jukung pergi menangkap ikan dan rebon (udang kecil) pagi harinya membabad hutan.
Hasil dari berkebun seperti palawija dan buah-buahan selalu dikulakan kepada tengkulak dari Palimanan dan Rajagaluh. Rebon ditumbuk menjadi terasi. Kemudian dukuh tersebut menjadi terkenal dan ramai terlebih lagi setelah banyak orang-orang yang ikut berkebun dan menetap.
Diceritakan Prabu Rajagaluh mengadakan sewaka/seba (Pertemuan dengan pejabat-pejabat pemerintahan), seluruh Bup[ati, Sentana Mantri dan para Gegeden sudah berkumpul. Sang Prabu memanggil Dipati Palimanan yang bernama Gedeng Kiban dan memerintahkan untuk segera mencari tahu tentang dukuh/pemukiman yang baru dibuka dan terkenal dengan tubukan ikan rebonnya dan segera menetapkan pajak bagi nelayan rebon yaitu sepikul bubukan rebon yang sudah halus gelondongan dan memerintahkan untuk mencacah/mensensus jiwa orang yang bermukim di dukuh itu karena dukuh itu berda dibawah kekuasaan Dipati Palimanan.
Ketika Cakrabumi bersama istri dan adiknya sedang menumbuk rebon dilumpang batu dengan halu batu, orang yang akan mengkulak rebon berebut saling mendahului sambil berkata. “ Oge age, geura bebek (cepat-cepatlah tumbuk)!”. Jadi Mashurlah pedukuhan itu dengan nama “Grage”.
Utusan Dipati Palimanan yaitu Mantri Pepitu datang ke pedukuhan tersebut dan melakukan cacah jiwa tercatat ada 364 Jiwa/orang, dan diperintahkannya agar dukuh tersebut membayar pajak berupa sepikul bubukan rebon yang halus berbentuk gelondongan (bulat dan panjang) setiap tahun kepada Prabu Rajagaluh karena Sang Prabu sangat menyukai bubukan rebon dan memberinya nama terasih (terasi) dan meminta keterangan bagaimana cara membuat terasi itu. Cakrabumi kemudian memberitahukan tentang bagaimana cara membuat terasi. Rebon ditangkap menggunakan sudu/jala tiap malam, pagi-pagi diambil. Rebon lalu diuyahi kemudian diperas, dijemur setelah kering ditumbuk dan digelondongi. Adapun air perasannya dimasak dengan diberi bumbu-bumbu. Masakan perasan air rebon lebih enak diberi nama “petis blendrang”. Ki Mantri pepitu ingin mencoba rasanya Cai/Air Rebon itu. Cakrabumi segera menyuruh istrinya untuk memasak air perasan rebon. Kemudian dihidangkan kepada Ki Mantri Pepitu dan mengatakan bahwa “cai rebon” lebih enak ketimbang “gragenya” (terasi). Oleh karenanya Ki Mantri Pepitu mengumumkan bahwa dia memberi nama dukuh itu dukuh “Cirebon” saat itu tahun 1447 M. Dan rakyat sepakat untuk memilih Ki Gedeng Alang-Alang sebagai Kuwu Cirebon dan Cakrabumi sebagai wakilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar